Kamis, 27 Maret 2008

Individu Sebagai Satuan Pengamatan, Sistem Sebagai Sumber Masalah.

Sumber masalah yang menyebabkan terjadinya perilaku individu yang menyimpang tidak ditelusuri dari “kesalahan" individu tetapi dari "kesalahan" sistem. Dengan perkataan lain, perbedaan dengan sub bab 1 adalah terletak pada pendekatan dalam mendiagnosis masalah, sedang satuan pengamatan dalam rangka identifikasi masalah sama. Dalam sub bab 1 pendekatan yang digunakan adalah Individu Blame Approach, sedang dalam sub bab 2 ini menggunakan System Blame Approach. Apabila menggunakan contoh masalah yang sama dengan yang telah diuraikan dalam sub bab 1 butir a yaitu masalah putus sekolah, maka dalam System Blame Approach sumber masalah akan dilihat dari kesalahan sistem. Barangkali diagnosisnya akan mengatakan bahwa tingginya angka drop out disebabkan oleh tidak tepatnya sistem pendidikan yang diterapkan, tidak seimbangnya beban kurikulum dengan kemampuan anak, kesalahan dalam proses belajar mengajar.
Para penganut pendekatan ini mempunyai kesan bahwa tidak jarang orang lebih melihat pada gejalanya dari sumber masalah yang sebenarnya. Pendekatan ini melihat bahwa berbagai bentuk perilaku individu yang dianggap melanggar norma atau tidak sesuai dengan harapan sebetulnya hanyalah merupakan simtom bukan masalah yang sebenarnya. Untuk dapat melihat masalah yang sebenarnya perlu dilihat pada sistem, struktur dan institusi sosialnya. Individu yang perilakunya dianggap merupakan masalah sosial sebenarnya hanyalah sekadar sebagai korban dari adanya sistem yang kurang benar.
Perhatian yang lebih difokuskan pada simtom tersebut akan membawa akibat, dalam proses diagnosis orang lebih memperhatikan gejala perilaku yang pathologis daripada sumber penyakitnya, masalah kriminal dari pada sistem hukum dan peradilannya, masalah tingkat hidup yang rendah dari pada distribusi power dan penguasaan resources dalam masyarakatnya, masalah kegagalan para siswa dari pada krisis dunia pendidikan yang sedang melanda.
Lebih lanjut, pendekatan ini juga beranggapan bahwa penanganan masalah sosial yang didasarkan pada diagnosis yang hanya memperhatikan simtom tidak akan dapat memecahkan "masalah", atau setidak-tidaknya hanya memecahkan masalah secara sementara dan tidak tuntas. Hal itu disebabkan oleh karena sumber masalahnya belum berubah, karena belum ditangani secara serius. Sebagai suatu contoh penanganan masalah prostitusi dan kriminal sebagai akibat over urbanisasi melalui proses resosialisasi barangkali kurang efektif sepanjang tidak diikuti dengan upaya perubahan di sekitar disparitas pembangunan desa dan kota dan program pembangunan yang mengarah pada pemerataan dalam menikmati hasil. Pendek kata penanganan masalah sosial menurut pandangan ini tidak dititikberatkan pada perubahan perilaku orang per orang, melainkan pada perubahan kondisi sosial yang dianggap merupakan sumber utama masalah sosial.
Dalam pelaksanaannya, diagnosis dengan menggunakan System Blame Approach inipun menjadi cukup bervariasi, tergantung pada perspektif yang digunakan untuk melihat sistem sebagai sumber masalah.

Senin, 17 Maret 2008

Sistem Sebagai Satuan Pengamatan Sekaligus Sumber Masalah

Pembahasan berikut juga akan membicarakan masalah sosial yang diidentifikasi pada level sistem. Artinya, untuk dapat memberikan tingkat kepekaan yang lebih tinggi terhadap keberadaan masalah dalam masyarakat, fokus perhatian lebih ditekankan pada kondisi sistem atau kehidupan masyarakat sebagai kebulatan. Sebagairnana sudah disinggung dalam bagian lain tulisan ini, identifikasi masalah cukup penting dalam studi dan penanganan masalah sosial, oleh karena identifikasi merupakan langkah awal yang mendorong dan membuka jalan bagi langkah berikutnya. Fuller dan Myers (dalam Weinberg, 1981 : 88), menyebut proses identifikasi ini sebagai tahap awareness atau tahap untuk menarik perhatian masyarakat terhadap situasi yang dianggap sebagai masalah, dan merupakan suatu langkah yang mengawali tahap policy determination dan tahap reform.
Perbedaan dengan sub bab sebelumnya adalah dalam hal mendiagnosa masalah. Dalam sub bab sebelumnya penelusuran sumber masalah dilakukan dari sisi individu, sedangkan pada pembicaraan ini sumber masalah akan dilihat dari "kesalahan" sistem. Sebagaimana sudah dikemukakan, pandangan ini mempunyai dasar berpikir bahwa dengan penelusuran sumber masalah pada level sistem akan betul-betul diketemukan sumber permasalahannya bukan sekedar gejala atau simtomnya. Lebih dari itu, pandangan ini juga mengemukakan alasan, bahwa apabila masalah sosial akan dikaji dengan menggunakan sudut pandang ilmu sosial, maka objek kajiannya semestinya tidak dititik beratkan pada individu melainkan pada masyarakat. Apalagi jika diingat, bahwa dalam kenyataannya kerangka institusional dari suatu masyarakat memang sering menjadi sumber masalah sosial (seperti masalah ras, polusi, distribusi pelayanan kesehatan yang tidak merata, kemiskinan struktural, perang). Pertimbangan lain adalah adanya asumsi bahwa institusi sosial dibuat oleh manusia, dengan demikian tidak bersifat sakral, sehingga dengan demikian dapat berubah atau diubah apabila dianggap kurang dapat memenuhi berbagai aspek kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat.
Walaupun demikian, tetap disadari bahwa pendekatan ini pun tidak terlepas dari kelemahan dan mengandung "bahaya" apabila penerapannya tidak proporsional. Oleh sebab itulah perlu disadari adanya beberapa hal agar dapat mengendalikan penerapan pendekatan ini sehingga tetap proporsional. Diantaranya adalah tetap dilandasi oleh kesadaran bahwa system blame approach hanya sebagian dari kebenaran untuk dapat menjelaskan masalah sosial yang cukup kompleks. Bentuk kehati-hatian yang lain adalah menjaga agar penerapan pendekatan ini tidak dilakukan secara dogmatis. Apabila hal itu dilakukan, akan dapat menyesatkan pandangan, seolah-olah individu sekedar merupakan robot yang dikontrol sepenuhnya oleh sistem. Pandangan sistem yang ekstrem akan mengabaikan faktor responsibilitas dari masing-masing individu atas berbagai bentuk tindakan mereka.