Selasa, 13 Januari 2009

Individu Sebagai Satuan Pengamatan Sekaligus Sumber Masalah

Untuk dapat melakukan identifikasi terhadap keberadaan masalah sosial diperlukan sikap yang peka terhadap gejala sosial. Tanpa sikap seperti itu suatu gejala yang semestinya merupakan masalah tidak cepat disadari, lebih-lebih apabila gejala tersebut bersifat tersembunyi. Oleh sebab itulah studi masalah sosial kemudian mencoba untuk menentukan fokus perhatian yang menjadi satuan pengamatan. Dengan penentuan fokus perhatian tersebut, disamping pengamatan terhadap gejala diharapkan lebih intensif juga akan menjadi lebih terkonsentrasi sehingga lebih mudah melakukan identifikasi. Salah satu unit pengamatan dalam identifikasi masalah sosial adalah individu. Dalam hal ini ada atau tidak adanya gejala yang dianggap sebagai masalah sosial dilihat dari orang per orang sebagai anggota masyarakat. Sudah barang tentu yang dimaksudkan adalah perilakunya. Dengan mengamati perilaku individu dapat diidentifikasi apakah telah terjadi penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial serta standar sosial yang berlaku. Dalam pendekatan ini, masalah sosial ditandai dengan adanya sikap dan perilaku anggota masyarakat yang tidak mematuhi aturan-aturan kelompok.
Dalam studi masalah sosial, setelah masalah diidentifikasi maka langkah berikutnya adalah melakukan upaya pemecahan masalah tersebut. Agar dapat melakukan pemecahan masalah secara baik, maka perlu dipahami sumber permasalahannya. Sebagaimana sudah pula disinggung dalam bab pendahuluan, berkaitan dengan hal ini dalam studi masalah sosial dikenal ada dua pandangan utama yaitu, melihat individu sebagai sumber masalah (Individual Blame Approach) dan melihat sistem kehidupan sosial sebagai sumber masalah (System Blame Approach). Sub bab ini akan lebih menyoroti pendekatan yang pertama, artinya melacak sumber masalah dari cacat dan kesalahan yang melekat pada individu. Sebagai suatu contoh masalah anak putus sekolah, misalnya untuk melihat sumber permasalahannya sebagai bagian dari proses diagnosa, Individual Blame Approach cenderung mencarinya dari cacat individual seperti rendahnya IQ, semangat dan motivasi belajar yang kurang, kurangnya anak-anak tersebut mencari referensi yang lebih luas di luar pelajaran sekolah dan masih banyak sumber masalah lain yang melekat pada individu.
Pandangan ini melihat pelaku penyimpangan adalah individu. Untuk mencari sumber permasalahannya, digunakan logika : siapa yang melakukan penyimpangan, dialah yang menjadi sumber masalah tersebut. Apabila cara pandang ini digunakan dalam rangka memahami masalah sosial, maka beberapa konsekuensi teoritik dan implementasinya dalam kebijaksanaan adalah :
(1) Membebaskan pemerintah, sistem ekonomi, struktur sosial, institusi sosial, sistem peradilan, sistem pendidikan dari "tuduhan” sebagai sumber kesalahan.
(2) Karena penyebab masalah adalah faktor individual, maka upaya pemecahan masalah akan lebih banyak bersifat sebagai bentuk konseling, modifikasi perilaku, psycthotheraphy. Pendek kata lebih menekankan pada perubahan personal daripada perubahan sistem.
(3) Memperkuat mitos sosial tentang peranan kontrol individu terhadap nasib seseorang. Dengan demikian, juga memperkokoh pandangan Social Darwinisrn yang beranggapan bahwa penempatan seseorang dalam stratifikasi sosial merupakan fungsi dari kemampuan masing-masing.
Dalam kenyataannya sumber masalah yang berasal dari cacat individual ini dapat diidentifikasi dari berbagai aspek seperti biologis, psikologis dan sosialisasi. Oleh sebab itu, dapat dipahami pula apabila kemudian berkembang teori-teori yang ingin menjelaskan sebab atau sumber individual tersebut melalui pemberian penekanan pada masing-masing aspek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar