Selasa, 13 Januari 2009

Masalah Sosiai Sebagai Hambatan Pembangunan Masyarakat

Sebagaimana sudah disinggung pada uraian sebelumnya, masalah sosial juga dapat terkait dengan periode saat pembangunan masyarakat sedangi berlangung (on going process). Dalam hal ini bentuk masalah sosial yang tampil dapat berupa masalah pada level individu tetapi dapat pula pada level masyarakat atau sistem. Yang termasuk jenis pertama adalah masalah sosial yang berkaitan dengan perilaku orang per orang sebagai anggota masyarakat seperti tindak kriminal, prostitusi, kenakalan serta berbagai bentuk penyalahgunaan dan kecanduan obat. Sedangkan jenis yang kedua dapat berupa disintegrasi sosial, masalah kependudukan dan kurang berfungsinya berbagai bentuk aturan sosial. Dalam pembahasan lebih lanjut, akan dibicarakan sebuah contoh masalah sosial berupa penyalahgunaan obat seperti narkotik, alkohol beserta implikasinya seperti mabuk, teler dan kecanduan.
Jenis masalah sosial tersebut dapat dilihat sebagai salah setu hambatan pembangunan rnasyarakat, terutama apabila pembangunan masyarakat dipandang sebagai proses pendayagunaan sumber daya dalam rangka pemenuhan kebutuhan guna peningkatan taraf hidup masyarakat. Termasuk sebagai sumber daya yang memegang peranan panting dalam proses pembangunan masyarakat adalah sumber daya manusia. Nilai strategis sumber daya ini tidak semata-mata terletak pada segi jumlah atau kuantitas, melainkan juga kualitas. Sehubungan dengan haI itu, sebagai bagian dari sumberdaya manusia, warga masyarakat penyandang masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat tidak dapat diharapkan tampil dalam kapasitas yang maksimal.
Dengan demikian, potensinya juga tidak dapat diaktualisasikan secara optimal dalarn proses pembangunan masyarakat yang sedang berjalan. Bahkan dalarn kondisi yang lebih parah, penyandang masalah tersebut bukan saja tidak optimal sumbangannya terhadap proses, melainkan justru dapat menjadi beban dan bersifat counter produktif. Lebih-lebih apabila diingat, bahwa dalam pendekatan pembangunan masyarakat, faktor manusia tidak semata-mata diperlakukan sebagai objek atau faktor produksi yang pasif, akan tetapi terutama sebagai subjek dan aktor yang aktif menentukan keseluruhan proses. Keberhasilan pembangunan masyarakat akan sangat ditentukan oleh partisipasi yang nyata dan aktif seluruh warga masyarakat dalam keseluruhan tahap dari proses tersebut.

--> Intensitas dan Kompleksitas Masalah
Sebetulnya pada mulanya alkohol atau minum-minuman beralkohol Iebih berkaitan dengan fisik. Dalam kedudukan seperti itu, maka efek yang timbul juga terjadi pada segi fisik dan dalam batas-batas kewajaran tidak menimbulkan dampak yang negatif. Dalam tingkat seperti ini alkohol lebih bersifat sebagai jenis minuman biasa, pendorong pencernaan, pendorong agar cepat tidur, perlindungan terhadap kedinginan, sebagai obat suatu penyakit tertentu atau rasa kesakitan (Lemert, 1967 : 72). Dalam perkembangan lebih Ianjut, kernudian bahan ini juga mengandung sisi hubungan antar manusia, dengan demikian juga mempunyai permukaan sosial. Bentuk dan fungsinya kemudian tidak sekedar sebagai sarana relaksasi terhadap kelelahan, tekanan batin, rasa apatis, perasaan terisolir, akan tetapi juga berfungsi sebagai sarana ritual dalam rangka mengembangkan simbol solidaritas serta sebagai sarana untuk jembatan dan pengakraban pergaulan. Bahkan kemudian terasa juga mengandung aspek ekonomi, terutama melalui pajak yang dapat ditarik dari pembuatan dan perdagangan jenis-jenis minuman beralkohol ini.
Hanya saja, dalam proses selanjutnya banyak dijumpai pemakaian yang berlebihan dan tidak wajar sehingga disamping sudah menyimpang dari berbagai fungsi semula, juga dapat mengakibatkan dampak negatif baik secara fisik maupun sosial. Oleh sebab itulah banyak orang mengatakan adanya polarisasi nilai dari minuman beralkohol ini. Disatu pihak diagungkan sebagai kunci kegairahan dan kemuliaan, sedang dilain pihak dianggap merupakan pemacu kesesatan moral kemanusiaan dan penyebab utama penyakit sosial. Berdasarkan pemikiran adanya ambivalensi itulah maka untuk aspek yang negatif digunakan konsep penyalahgunaan, karena pada sisi lain dengan pemakaian yang wajar dan proporsional bahan itu memang bermanfaat.
Ambivalensi nilai terhadap alkohol tersebut muncul dari kenyataan bahwa alkohol dapat menjadi pengubah perilaku. Modifikasi perilaku terjadi melalui proses pemabukan, hal ini secara personal dan sosial merupakan sesuatu yang bersifat destruktif terutama dilihat dari integrasi personal dan sosial. Alkohol dapat membuat senang sekaligus membuat orang menjadi sakit dan tidak bahagia. Dampak paling kentara dari mabuk alkohol adalah perilaku menjadi agresif den kecenderungan pada deviasi dalam perilaku seksual. Secara psikologis, terlalu sering mabuk juga dapat membuat seseorang menterlantarkan atau kurang memperhatikan penampilan dan peranan sosialnya. Banyak nilai yang dikorbankan dari kebiasaan ini misalnya rasa respek terhadap sesama, kehidupan dan integritas keluarga, kesehatan, pekerjaan sehari-hari dan bahkan juga nilai kepercayaan dalam hubungan financial (Lemert, 1967 : 74).
Hal yang kurang lebih sama sebetulnya juga berlaku untuk bahan-bahan kimia lain yang berada dalam kelompok obat-obatan (drug), termasuk di dalamnya bahan-bahan jenis narkotik bahkan yang berasal langsung dari bahan tumbuh-tumbuhan seperti ganja. Drug adalah sebangsa bahan kimia yang dapat mempengaruhi dan membawa efek pada fungsi dari struktur organisme tubuh. Seperti sudah disinggung sebelumnya, jenis-jenis drug ini tadinya dimaksudkan untuk kesenangan dan obat. Dalam banyak hal, penggunaannya memang berkaitan dengan kultur masyarakat disamping perkembangan sosial ekonominya. Sebagai ilustrasi, rata-rata keluarga di Amerika Serikat menyimpan sekitar 30 jenis obat-obatan di dalam lemari obat dan sejumlah minuman beralkohol di lemari minuman (Eitzen,1986 : 492).
Permasalahannya kemudian dapat berakibat pada kebiasaan mabuk dan teler yang dalam jangka panjang bersifat merugikan baik secara fisik, psikologis den sosial. Bahkan dalam proses lebih lanjut, kebiasaan tersebut tidak saja mengakibatkan seseorang menjadi mabuk dan teler tetapi juga mengakibatkan kecanduan (drug addiction). Kecanduan adalah suatu proses seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, yaitu penyalahgunaan dan pemakaian berlebihan yang kemudian mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, dalam pengertian kondisi tersebut akan bersifat mengendalikan orang yang bersangkutan, membuatnya berbuat dan berpikir secara tidak konsisten dengan nilai-nilai kepribadiannya dan mendorong orang tersebut menjadi semakin kompulsif dan obsesif (Schaef, 1987 : 18).
Dampak lebih lanjut dari gejala kecanduan ini adalah seseorang akan berkurang kontaknya dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia sekitar. Menurut Schaef, sebetulnya gejala kecanduan ini tidak hanya berupa kecanduan terhadap obat, tetapi juga aktivitas tertentu. la membedakannya menjadi kecanduan substansi dan kecanduan proses. Keduanya berproses dengan cara sama. Kecanduan substansi (substance addictions) atau sering disebut dengan ingestive addiction adalah kecanduan pada substansi tertentu yang biasanya merupakan produk artifisial yang dimasukkan kedalam tubuh secara sengaja. Substansi itu hampir selalu menjurus pada ketergantungan secara fisik. Sebagai contoh adalah alkohol, nikotin, heroin. Sedangkan kecanduan proses (process addiction) terjadi apabila seseorang menjadi terkait dan sulit menghindar dari suatu proses yang merupakan rangkaian spesifik dari aksi dan reaksi. Sebagai contoh dapat disebutkan kebiasaan berjudi, mengumpulkan uang, perilaku seksual.
Pada dasarnya seseorang menjadi kecanduan tidak secara tiba-tiba, akan tetapi melalui suatu proses. Dengan mengambil kasus mariyuana, Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1988 : 40) mengatakan, bahwa pemakaian mariyuana merupakan fungsi konsepsi individual mengenai mariyuana dan penggunaannya. Konsepsi itu berkembang sejalan dengan meningkatnya pengalaman penggunaan obat-obat bius. Melalui suatu penelitian khususnya bagi pemakai mariyuana untuk kenikmatan (bukan untuk maksud kompetitif den lambang kedudukan), diketahui bahwa pada tingkat awal seseorang tidak langsung dapat merasakan kenikmatan tersebut. Untuk menuju kesana dibutuhkan proses yang harus melalui beberapa tahap. Tahap-tahap yang dimaksud adalah : mempelajari teknik, belajar mendahami efeknya dan belajar menikmati efek yang timbul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar